Selasa, 21 November 2017

Sepuluh Menit di November 2017 (Bagian 3)

        Entah mengapa setiap kali bertemu dia rasanya kepalaku ini mendadak panas. Bagaimana tidak. Dia satu-satunya penghuni asrama putra, astra, yang perkataannya padaku tidak ada halus-halusnya sedikitpun. Selalu saja ngajak ribut. Dari awal pertemuan kami hingga tiga bulan ini dia selalu saja begitu. Entah apa alasannya.

        Ini bukan pertemuan kami yang pertama di lantai empat, tempat menjemur pakaian dan sebagainya. Aku lupa ini entah yang kesekian kalinya. Kupikir ini sebuah kebetulan yang mengerikan. Dia penikmat senja, dia penikmat hujan, juga suka sastra. Ketiga hal ini adalah kesamaan kami. Dan satu lagi, dia juga lahir di bulan Mei. Begitu mengerikan, bukan?

        “Bang Rama sendiri ngapain di sini? Udah malam juga. Ayo... mau ngapain?”
        “Kepo.”
        “Ih... ya ampun. Yang parahan, lah. Cuma nanya gitu dibilang kepo.”

        Dia benar-benar membuat hariku ini semakin suram. Aku hanya mencoba mencairkan suasana. Siapa tahu dia meresponnya dengan baik, ya hitung-hitung memperbaiki moodku. Bukannya respon yang baik, malah respon yang bikin naik darah yang dia beri. Tidak mau memperpanjang obrolan, aku langsung bergegas turun menuju kamarku meninggalkan dia tanpa pamit. 

        Sesampaiku di kamar, aku menggantungkan semua pakaian yang kuangkat di dinding. Setelah itu, aku pergi mandi. Wah, begitu menyegarkan. Sehabis mandi, aku menyantap nasi bungkus yang kubeli tadi. Besok Senin. Syukurlah tidak ada tugas kuliah.

        “Ka, jangan lupa besok bawa celana olahraga, ya.”
         Sebuah pesan masuk di teleponku.
        “Ha? Buat apa?”
        “Polos kali lah si Eka ini. Nampak yang sibuk kali itu, ya. Besok kan kita ada pertandingan futsal antar kelas se-fakultas.”
        “Eh, iya, ya? Bukannya acaranya minggu depan, ya? Wih, males, ah. Lagi nggak enak badan, nih. Besok males ngampus.”
        “Nggak usah banyak alasan, Ka. Katanya mau lari-lari. Pengen main futsal lagi. Inilah kesempatannya.”

        Hah. Aku menghela napas. Pesan Lelya ini membuatku semakin sadar betapa pikunnya aku.

        “Someone, help me!”, teriakku lepas.
        “What happened, Ka? Are you OK?”, sahut....


Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sepuluh Menit di November 2017 Bagian 6

        'Tumben Eka jelas ngomongnya. Biasanya setengah-setengah.' Entah mengapa kalimat ini membuatku ingat pada seseorang y...