Entah mengapa setiap
kali bertemu dia rasanya kepalaku ini mendadak panas. Bagaimana tidak. Dia
satu-satunya penghuni asrama putra, astra, yang perkataannya padaku tidak ada
halus-halusnya sedikitpun. Selalu saja ngajak ribut. Dari awal pertemuan kami
hingga tiga bulan ini dia selalu saja begitu. Entah apa alasannya.
Ini bukan pertemuan
kami yang pertama di lantai empat, tempat menjemur pakaian dan sebagainya. Aku
lupa ini entah yang kesekian kalinya. Kupikir ini sebuah kebetulan yang
mengerikan. Dia penikmat senja, dia penikmat hujan, juga suka sastra. Ketiga
hal ini adalah kesamaan kami. Dan satu lagi, dia juga lahir di bulan Mei. Begitu
mengerikan, bukan?
“Bang Rama sendiri
ngapain di sini? Udah malam juga. Ayo... mau ngapain?”
“Kepo.”
“Ih... ya ampun. Yang parahan, lah. Cuma nanya gitu dibilang kepo.”
“Kepo.”
“Ih... ya ampun. Yang parahan, lah. Cuma nanya gitu dibilang kepo.”
Dia benar-benar membuat
hariku ini semakin suram. Aku hanya mencoba mencairkan suasana. Siapa tahu dia
meresponnya dengan baik, ya hitung-hitung memperbaiki moodku. Bukannya respon
yang baik, malah respon yang bikin naik darah yang dia beri. Tidak mau
memperpanjang obrolan, aku langsung bergegas turun menuju kamarku meninggalkan
dia tanpa pamit.
Sesampaiku di kamar,
aku menggantungkan semua pakaian yang kuangkat di dinding. Setelah itu, aku
pergi mandi. Wah, begitu menyegarkan. Sehabis mandi, aku menyantap nasi bungkus
yang kubeli tadi. Besok Senin. Syukurlah tidak ada tugas kuliah.
“Ka, jangan lupa besok
bawa celana olahraga, ya.”
Sebuah pesan masuk di
teleponku.
“Ha? Buat apa?”
“Polos kali lah si Eka ini. Nampak yang sibuk kali itu, ya. Besok kan kita ada
pertandingan futsal antar kelas se-fakultas.”
“Eh, iya, ya? Bukannya acaranya minggu depan, ya? Wih, males, ah. Lagi nggak
enak badan, nih. Besok males ngampus.”
“Nggak usah banyak alasan, Ka. Katanya mau lari-lari. Pengen main futsal lagi.
Inilah kesempatannya.”
Hah. Aku menghela
napas. Pesan Lelya ini membuatku semakin sadar betapa pikunnya aku.
“Someone, help me!”,
teriakku lepas.
“What happened, Ka? Are you OK?”, sahut....
“What happened, Ka? Are you OK?”, sahut....
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar